.jpg)
Rahmat Subani Irfani lahir di Sukoarjo Solo, Jawa Tengah pada 11 Februari 1949. Sejak usia dini Rahmat Subani sudah gemar mengamati segala jenis gambar, bakat melukis ini didapat dari ayahnya yang meski berprofesi sebagai Guru Agama namun dikenal ahli gambar.Karena hal inilah Rahmat Subani muda memutuskan untuk meneruskan pendidikan Perguruan Tingginya di ASRI Jogjakarta.
Beliau juga sangat gemar membaca dan mempelajari banyak cabang ilmu sehingga beliau menguasai banyak hal seperti marketing, perdagangan, advertising, filsafat, social komunikasi juga beberapa ilmu agama seperti filsafat, tasawuf, ilmu batin dll. Belum lagi olahan-olahan spiritualnya, semua yang dilihat, diraba, didengar dan dirasa selalu ditelaah dan dimaknai hakekat dan hikmahnya. Hal-hal tersebut banyak membantu Rahmat Subani dalam menciptakan karya-karya lukisnya yang dikenal selalu memberikan pandangan filosofis dan memiliki beragam eksplorasi.
Selama 6 tahun karirnya Rahmat Subani sudah mengikuti 30 kali pameran bersama dan 3 kali Pameran tunggal diantaranya adalah Pameran di Edwin Gallery, Pameran di Santi Gallery, Pameran di Japan Art, Pameran di CP Foundation, Pameran Fenomena lima sisi ( 5 kali ), Pameran ASRI, Lelang di Balai lelang Southeby, lelang di Balai lelang Christy dll
Secara visual terdapat 3 tahapan periode yang sempat dilalui Rahmat Subani : keluar dari bingkai, gerak dan metamorphosis. Pada karya-karya periode keluar dari bingkai secara visual memberikan efek-efek untuk menarik perhatian pemirsa seperti objek yang seolah-seolah keluar dari bingkai, dunia ilusi dan perbedaan dunia nyata dan tak nyata. Dalam periode gerak Rahmat Subani membuat karya obyek bergerak dimana gerakan yang ada memiliki narasi yang ingin diungkapkannya. Kemudian dalam periode Metamorposis obyek manusia dan benda ditampilkan sebagai jalan untuk menyampaikan pemikiran filosofisnya . Dimana warna hitam dominan ditampilkan tak hanya sebagai warna tapi juga sebagai tema.(Edwin Rahardjo)
Sebetulnya kecenderungan warna hitam menjadi dominan itu sudah tampak ketika warna hitam muncul pada perkembangan lukisan Rahmat Subani pada tahun 1995/1996. Warna ini mengembangkan wilayahnya dan mendesak permainan ilusi Rahmat Subani, ini terlihat pada lukisan “Gejolak Jiwa” (1995), “ Climax” ( 1996), “Di Balik Kegelapan” ( 1996) dan “ Lively Night” (1996). Gejala ini Nampak sekali pada “ Climax” dan “Di Balik Kegelapan” dimana warna hitamnya menguasai bidang kanvas dan menyisakan hanya sekitar dua puluh persen bidang kanvas untuk untuk permainan ilusi Rahmat Subani. ( Jim Supangkat )
Pada perkembangan di masa akhir karirnya Rahmat Subani menggunakan model wanita yang dilukis dalam berbagai gaya dan tema ditengah hitam yang dominan. Efek memancarkan pesona misterius sekaligus berkesan lembut, teduh, bahkan ceria seakan membawa pengamat ke alam imaginasi dan bukan persepsi.
Meski keinginannya terus mengeksplorasi terhenti tapi gebrakan “hitam dominan” yang diberikan di dunia seni lukis tak mudah dilupakan.
Selengkapnya...